20 Negara dengan Tingkat Kemampuan Bahasa Inggris Terendah di Dunia: Update 2025

Share on facebook
Share on whatsapp
Share on twitter
Share on linkedin
Share on email

Hi, Fluentzies!

Kamu mungkin sudah sering dengar negara-negara dengan tingkat Bahasa Inggris terbaik di dunia seperti Belanda, Swedia, atau Singapura. Tapi… pernah nggak kamu penasaran, negara mana aja sih yang masih tertinggal soal kemampuan Bahasa Inggrisnya?

Nah, kenyataannya, masih banyak negara di dunia ini yang struggle banget buat urusan English proficiency. Di sisi lain, tren globalisasi menuntut hampir semua orang untuk bisa ngerti dan ngomong Bahasa Inggris, apalagi kalau mau kuliah atau kerja di luar negeri.

Artikel ini akan ngebahas daftar terbaru negara-negara dengan tingkat kemampuan Bahasa Inggris paling rendah di dunia menurut laporan EF EPI (English Proficiency Index) 2025. Yuk kita mulai!

20 Negara dengan Tingkat Kemampuan Bahasa Inggris Terendah di Dunia

Data dari EF EPI menunjukkan perbedaan yang cukup tajam antara wilayah Eropa, Asia, dan Afrika. Eropa masih mendominasi skor tinggi, sementara beberapa negara Asia dan Afrika terus berjuang untuk naik ke level menengah.

Berikut 20 negara dengan tingkat kemampuan Bahasa Inggris paling rendah tahun 2025 berdasarkan data global EF:

NoNegaraSkor EF EPI (Perkiraan)Level
1Republik Demokratik Kongo (DRC)385Very Low
2Tajikistan392Very Low
3Libya400Very Low
4Yaman404Very Low
5Rwanda407Very Low
6Afghanistan410Very Low
7Irak415Very Low
8Sudan418Very Low
9Madagascar422Very Low
10Indonesia468Low
11Mesir463Low
12China464Low
13Meksiko465Low
14Bangladesh470Low
15Thailand472Low
16Myanmar474Low
17Mozambik469Low
18Aljazair471Low
19Laos476Low
20Nepal479Low

Kalau kamu perhatikan, mayoritas negara di atas berasal dari wilayah Asia dan Afrika. Dan menariknya, beberapa negara dengan jumlah penduduk besar, seperti Indonesia, China, dan Bangladesh masih berada di level “low proficiency”.

Kenapa Kemampuan Bahasa Inggris Masih Rendah di Negara-Negara Tertentu?

Ada beberapa faktor utama yang bikin kemampuan Bahasa Inggris di negara-negara ini masih tergolong rendah. Dan penting juga untuk nggak langsung menyalahkan sistem pendidikan mereka, karena konteksnya bisa sangat kompleks:

1. Keterbatasan Akses Pendidikan Bahasa Inggris

Di banyak negara tersebut, pelajaran Bahasa Inggris memang ada, tapi kualitas pengajar dan bahan ajarnya sangat terbatas. Guru Bahasa Inggris kadang bukan penutur yang fasih, bahkan hanya belajar dari buku teks yang outdated.

Misalnya di Sudan, banyak sekolah kekurangan fasilitas dasar seperti bahkan kelistrikan, laboratorium bahasa atau akses ke internet.

2. Bahasa Inggris Bukan Prioritas Nasional

Beberapa negara seperti Laos dan Myanmar punya sistem pendidikan yang fokus ke bahasa lokal atau regional. Bahasa Inggris nggak dianggap kebutuhan mendesak, jadi tidak dijadikan prioritas dalam kurikulum.

3. Minimnya exposure ke media berbahasa Inggris

Kalau kamu tinggal di negara dengan budaya media lokal yang dominan, kamu mungkin jarang terpapar film, lagu, atau buku dalam Bahasa Inggris. Efeknya? Listening comprehension jadi jauh lebih sulit dikuasai.

4. Keterbatasan Guru dan Sumber Belajar

Guru Bahasa Inggris di beberapa wilayah belum semuanya fasih atau terlatih dengan metode modern. Ditambah lagi, fasilitas seperti laboratorium bahasa atau koneksi internet kadang masih terbatas.

5. Situasi ekonomi dan politik

Beberapa negara mengalami konflik, krisis ekonomi, atau isolasi politik yang bikin prioritas belajar Bahasa Inggris jadi nomor kesekian. Bahkan dalam beberapa kasus, akses internet pun sangat terbatas.

Dampak Nyata dari Rendahnya Kemampuan Bahasa Inggris

Bahasa Inggris bukan cuma alat komunikasi, tapi juga gerbang menuju banyak peluang. Di dunia kerja global sekarang, hampir semua perusahaan multinasional menjadikan Bahasa Inggris sebagai bahasa utama.

Negara dengan skor rendah biasanya menghadapi tantangan berikut:

  • Kesulitan menarik investasi asing, karena hambatan komunikasi bisnis.
  • Kurangnya partisipasi akademik internasional, seperti riset dan publikasi global.
  • Terbatasnya akses beasiswa luar negeri karena skor TOEFL/IELTS rendah.
  • Kurangnya daya saing tenaga kerja, terutama di bidang teknologi dan pariwisata.

Kalau kamu bandingkan dengan negara yang punya skor tinggi seperti Belanda, Singapura, dan Filipina, perbedaannya terasa jelas. 

Negara-negara itu lebih mudah beradaptasi di pasar global karena penduduknya bisa berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan percaya diri.

Indonesia Diposisi Berapa?

Bicara soal Indonesia, EF mencatat skor rata-rata di kisaran 468-472, masuk dalam kategori “Low Proficiency”. Meskipun meningkat dibanding beberapa tahun lalu, masih banyak ruang untuk perbaikan.

Kita berada tepat di atas “zona merah” Very Low Proficiency. Ini adalah “tamparan” yang membangunkan kita. Kita satu tingkat di atas negara-negara yang baru saja kita bahas. 

Kenapa bisa begitu? Kamu pasti tahu jawabannya. Berapa lama kamu belajar bahasa Inggris di sekolah? 6 tahun? 9 tahun? Mungkin 12 tahun? Dan hasilnya? Banyak lulusan SMA kita yang masih kesulitan merangkai satu kalimat percakapan sederhana. 

Di sisi lain, kabar baiknya, tren kursus online dan platform belajar interaktif seperti Fluentz membantu banyak pelajar Indonesia belajar dengan cara yang lebih alami, lewat percakapan, konteks kehidupan nyata, dan pembiasaan berbahasa, bukan hafalan.

Apa yang Bisa Kamu Pelajari dari Fakta Ini

Mengetahui daftar negara dengan kemampuan Bahasa Inggris rendah bukan untuk membandingkan, tapi buat refleksi. Kalau kamu tinggal di salah satu negara itu (termasuk Indonesia), kamu punya kesempatan besar untuk stand out.

Bayangkan, di tengah rata-rata kemampuan yang rendah, kamu jadi orang yang bisa berkomunikasi lancar dalam Bahasa Inggris, itu bisa mengubah arah karier, pendidikan, bahkan hidup kamu.

Dan kabar baiknya, kamu nggak harus belajar sendirian. Dengan metode seperti Experiential Immersive Learning dari Fluentz, kamu bisa belajar Bahasa Inggris lewat pengalaman, bukan teori. Bukan cuma ngerti grammar, tapi juga terbiasa berpikir dan berbicara dalam Bahasa Inggris setiap hari.

Kesimpulan

Tingkat kemampuan Bahasa Inggris dunia menunjukkan bahwa masih banyak negara perlu berbenah. Dari Afrika sampai Asia, tantangan yang dihadapi hampir sama: kurangnya praktik, sumber daya terbatas, dan mindset bahwa Bahasa Inggris itu sulit.Tapi justru di situlah peluang besar buat kamu. Di saat banyak orang masih berjuang, kamu bisa melangkah lebih cepat dengan cara belajar yang tepat dan konsisten.

Yuk, pelajari bagaimana cara berbicara Bahasa Inggris dengan lebih percaya diri lewat metode yang efektif di Active Speaking: Kenali Metode & Materi yang Bikin Kamu Lancar Ngomong Inggris.

Fluentz perfect for online courses and other institutes. It’s a complete solution with lms features and functionalities.

Contact Us

Ruko Emerald Summarecon Bekasi.

Jalan Bulevar Selatan No. 08 blok UG, RT 04/11, Marga Mulya, Bekasi Utara.

+62 851-6631-7514